Permasalahan yang selama ini menjadi pekerjaan rumah tidak selesai-selesai bagi masyarakat adalah semakin bertambahnya jumlah pengangguran terdidik di negeri ini. Setiap tahun jumlahnya bertambah secara signifikan. Hal ini karena para lulusan tidak mempunyai bekal untuk life skill, mereka hanya mempunyai knowledge semata. Apalagi, mayoritas pola pemikiran anak didik adalah ingin meneruskan pendidikan lebih tinggi atau mencari pekerjaan.
Jika pada sebuah sekolah, jumlah lulusannya dua ratus orang, berarti pertambahan saingan adalah sebesar itu. Sementara untuk wilayah yang lebih luas, tentunya jumlah tersebut semakin banyak. Berarti kemungkinan semakin kecil untuk memasuki wilayah yang diinginkan, baik yang ingin melanjutkan pendidikan ataupun yang mencari pekerjaan. Mereka menjadi konsumen pada setiap kegiatan yang dilakukan di masyarakat. Dan, hal ini semakin meningkatkan kepekatan persaingan di masyarakat.
Terkait dengan hal tersebut, maka perlu langkah inovatif dan kreatif sehingga mereka dapat mengubah posisinya. Dengan jumlah yang sedemikian besar, tentunya persaingan ketat ini menjadikan mereka harus benar-benar siap menghadapi segala kemungkinan hidup. Mereka tidak boleh hanya nerima ing pandum. Mereka tidak boleh hanya membekali diri dengan pengetahuan dari proses pembelajaran, yang tentunya sangat terbatas. Jika hal tersebut menjadi pola pemikiran mereka, tentunya mereka menjadi makhluk terkerdil dalam kehidupan masyarakat. Mereka menjadi sosok-sosok yang cauvimisme, sosok-sosok yang membanggakan dirinya, yang sebenarnya tidak ada apa-apanya saat dipertemukan dengan keadaan di masyarakat.
Hal inilah yang selanjutnya menjadikan mereka sebagai sosok-sosok yang bergantung pada orang lain. Mereka sangat berharap memperoleh kesempatan untuk berperan dalam hidup, tetapi tidak berbekal sesuai kebutuhan hidup. Mereka menggantungkan diri pada kesempatan yang ada. Mereka berharap kehidupan memberi kesempatan yang ada, sementara kesempatan tersebut dibutuhkan oleh banyak orang. Oleh karena itulah, maka mereka harus bersaing dengan sekian banyak calon lainnya. Dan, pada saat inilah mereka merasakan betapa berat upaya yang harus dilakukan agar dapat memperoleh kesempatan yang ada. Tidak heran jika yang terjadi selanjutnya adalah mereka tersingkir dan terjerebab dalam kubangan hidup yang keras.
Bangkitkan Keberanian Berwirausaha
Jika kita menyadari betapa sulitnya menembus lubang persaingan yang sangat ketat tersebut, tentunya naluri kita bergerak untuk berjuang. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk memperjuangkan kesempatan yang ada. Berbagai cara dilakukan, yang penting kesempatan tersebut menjadi milik kita. Bahkan, tidak jarang yang terpaksa harus ‘membeli’ kesempatan tersebut. Hal ini merupakan fenomena yang lazim terjadi dalam kehidupan kita. Orang ‘membeli’ kesempatan dengan nilai sekian juta rupiah.
Tentunya, jika kita telaah ulang, hal ini sangat merugikan kita. Berapa banyak uang yang harus kita serahkan ‘hanya’ untuk mendapatkan kesempatan tersebut. Fenomena ‘membeli’ kesempatan memang terjadi dalam segala hal dalam kehidupan ini, bahkan untuk dapat menjadi wakil rakyat atau pemimpin rakyat saja harus ‘membeli’. Jika tidak, jangan harap dapat menduduki posisi yang diharapkan. Hal ini memang telah menjadi watak sebagian besar orang kita. Jiak sudah menjadi watak memang sangat sulit untuk dihilangkan sebab watak itu sudah mendarah daging. Ada orang mengatakan, kalau watuk (batuk) masih dapat disembuhkan, tetapi jika watak, maka sulit diubah, bahkan hal tersebut akan dibawa mati.
Kita tidak dapat melawan fenomena yang sudah mewatak seperti ini, tetapi setidaknya jika kita memberdayakan pemikiran kita, maka hal tersebut tidak perlu kita lakukan. Sebagai kelompok intelektualis, tentunya ada banyak inovasi dan kreativitas yang sebenarnya dapat kita lakukan untuk mengantisipasi kondisi kehidupan. Kita sudah mempunyai bekal dari proses pendidikan dan pembelajar-an yang aplikatif. Seharusnya dengan bekal ini, kita dapat survive dan tidak perlu menggantungkan harapan pada kondisi yang ada dari orang lain.
Untuk itulah, maka sejak proses pendidikan dan pembelajaran, salah satu tugas guru yang tidak kalah pentingnya selain mendidik dan mengajar adalah melatih. Guru harus dapat melatih anak didik sehingga mereka mempunyai bekal life skill. Kita harus kondisikan anak didik agar mempunyai kemampuan lebih dibandingkan orang lain. Jika kondisi ini dapat dicapai seseorang, maka nilai plus ini dapat menjadi alat untuk menyisihkan pesaing dan melonggarkan ketatnya persaingan tersebut.
Tetapi, dalam hal ini, yang terpenting adalah bagaimana kita menyiasati hidup dengan bermodal pada kemampuan yang kita peroleh dari proses pendidikan dan pembelajaran. Modal kemampuan inilah yang sebenarnya merupakan nilai plus yang kita miliki dan tidak dimiliki oleh orang lain. Dan, tentunya dengan modal inilah, kita dapat melakukan kegiatan hidup yang lebih berarti dan memberikan kepuasan yang tidak terhingga pada kita.
Sebagai pembimbing dan fasilitator, maka kewajiban kita adalah membangkitkan semangat anak didik untuk berusaha. Kita harus mampu memberikan motivasi sedemikian rupa sehingga tumbuh satu niatan dan mewujudkan secara konkrit dalam kegiatan nyata. Kiat bangkitkan semangat hidup mereka dengan memberikan dukungan untuk kegiatan kewirausahaan. Kita dukung anak didik untuk melakukan kegiatan yang memberdayakan kemampuan yang dimilikinya.
Memang, ketika hak ini kita sampaikan kepada anak didik, maka respon pertama yang secara spontan muncul adalah takut untuk merealisasikannya. Anak didik merasa ketakutan saat harus memulai kegiatan tersebut dengan berbagai alasan. Oleh karena itulah, guru harus dapat membangkitkan keberanian berwirausaha pada anak didik. Hal ini sangat penting mengingat kenyataan bahwa tingkat persaingan semakin ketat dan sulit ditembus.
Dengan membangkitkan keberanian berwirausaha, maka kita sudah membangunkan kesadaran pada anak didik untuk melakukan kegiatan hidup yang mengandalkan kemampuan dirinya. Guru harus dapat membangkitkan kepercayaan diri pada anak didik sebab keberanian itu berdasar pada kepercayaan diri. Semakin besar kepercayaan pada diri sendiri, maka semakin besar nyali atau keberanian utuk melakukan sesuatu. Bahkan, seorang anak yang dikatakan pengecut, penakut, jika kita berhasil membangkitkan kepercayaan dirinya, maka anak tersebut dapat menjadi sosok yang paling berani.
Tanamkan mimpi masa depan
Mimpi adalah keinginan yang tertanam kuat dalam benak dan menjadi motivasi kuat untuk dapat mencapainya. Mimpi dapat juga kita katakan sebagai gambaran yang berada di alam bawah sadar kita. Gambaran itu tertanam di dalam benak kita sehingga terbawa saat kita tidur, saat kita tidak sadar. Dan, kita harus mengakui bahwa semua hal yang sekarang kita nikmati adalah berasal dari mimpi besar orang-orang terdahulu. Bahkan ada yang mengatakan untuk bermimpi terlebih dahulu agar dapat memperoleh yang kita mimpikan tersebut.
Bahwa untuk dapat memperoleh apa yang kita inginkan, maka langkah kita adalah menggambarkan segala hal yang kita inginkan tersebut. Selanjutnya dari gambaran tersebut, maka kia berusaha untuk mewujudkan segala hal kita inginkan tersebut. Seperti seorang arsitek, sebelum mereka membangun gedung tinggi, rumah dan sebagainya, maka langkah yang mereka lakukan adalah membuat gambaran gedung atau rumah yang dimaksudkan. Setelah membuat gambaran, biasanya berupa miniatur gedung atau rumah yang dimaksud, maka selanjutnya dimulailah pengerjaannya.
Sedikit demi sedikit pekerjaan dimulai. Tembok yang tinggi dimulai dengan memasang batubata satu persatu. Tukang batu mencampur bahan, material dan menata batubata, adonan pasir semen sehingga dari posisi rendah menjadi tinggi dan akhirnya didapatkan sebuah dinding gedung yang tinggi. Setelah itu genting atau atap dipasang satu persatu juga.
Begitulah halnya dengan proses pendidikan dan pembelajaran seharusnya dilakukan. Kita harus melakukannya satu persatu. Setiap aspek pendidikan kita kerjakan dengan kesabaran dan tingkat ketelitian tinggi. Sekali kita salah mengelola aspek-aspek tersebut, maka kerusakan akan kita alami. Sama dengan bangunan gedung, jika kita salah mengelola material, maka yang kita dapatkan adalah bangunan yang rusak sebelum digunakan, bahkan sebelum serah terima bangunan tersebut sudah rusak terlebih dahulu.
Segala hal dalam kehidupan ini memang dialami dengan sebuah mimpi. Orang mimpi mendarat ke Bulan, maka sekarang sudah tercapai mimpi tersebut. Orang mimpi dapat terbang, maka selanjutnya kita terbang dengan pesawat dan seterusnya. Semua itu didasari oleh sebuah mimpi besar di masa depan. Apapun yang kita miliki sekarang merupakan hasil mimpi atau harapan orang-orang terdahulu.
Begitulah seharusnya yang kita lakukan kepada anak didik. kita harus dapat menanamkan dan membangkitkan mimpi besar masa depannya. Kita sebagai guru harus dapat memberikan gambaran masa depan yang bakal mereka alami atas segala hal yang dilakukan pada saat sekarang. Walaupun masih abstrak, tetapi kita harus dapat memberikan gambaran yang senyata-nyatanya hal yang bakal dialami dengan memberikan banyak contoh dalam kehidupan.
Kita harus dapat membawa anak didik ke dalam mimpi besarnya di masa depan. Mimpi besar di masa depan inilah yang selanjutnya diharapkan dapat menjadi sumber tenaga atau motivasi utama melakukan kegiatan belajar atau hidup di masa sekarang. Bahwa kita hidup sekarang ini adalah untuk mempersiap-kan kehidupan kita di masa depan. Dan, mimpi untuk masa depan merupakan alasan utama kita menjalankan kehidupan ini sebab mimpi masa depan adalah harapan yang kita inginkan di masa depan.
Beri Kesempatan Berkreasi dan Berinovasi
Untuk dapat menanamkan dan menumbuhkan serta membangkitkan mimpi masa depan, maka kita harus mampu memberikan motivasi, khususnya motivasi inert yang dimiliki anak didik. Salah satu bentuk motivasi yang paling efektif adalah dengan memberi kesempatan berkreasi dan berinovasi kepada anak didik. Kesempatan berkreasi dan berinovasi ini merupakan sebuah motivasi yang efektif sebab terkait dengan kepercayaan diri anak didik.
Ketika kita memberi kesempatan anak untuk berkreasi dan berinovasi, maka sebenarnya pada saat itu kita memberikan kepercayaan mutlak pada anak didik untuk melakukan sesuatu yang dapat mereka lakukan. Bagaimanapun dengan kepercayaan yang kita berikan kepada anak didik, sebenarnya kita sudah menaikkan kepercayaan terhadap kemampuan dirinya. Seringkali yang terjadi adalah ber-semangatnya seseorang dalam melakukan kegiatan sebab merasa terhormat, dinaikkan harga dirinya oleh kepercayaan yang diperolehnya.
Demikian juga halnya dengan anak didik yang sebenarnya merupakan sosok-sosok yang sedang mencari jati diri, sosok-sosok yang sedang mencoba untuk membangun citra diri dalam kehidupan yang semakin berat. Mereka ini membutuhkan kesempatan untuk mengembangkan diri secara maksimal sehingga potensi yang dimiliki dapat muncul sebagai citra dirinya. Hal ini sangat penting sebab sebagai pribadi, maka setiap anak membutuhkan kesempatan untuk berkembang dan mengembangkan diri.
Di sekolah kejuruan, kesempatan tersebut terbuka luas bagi anak didik sebab dengan pembelajaran praktik di bengkel sekolah, maka anak didik mempunyai kesempatan berkreasi atas kemampuan dirinya. Dengan demikian, maka secara perlahan kita membimbing anak didik untuk mewujudkan kemampuan yang ada di dalam dirinya. Anak didik harus mampu menunjukkan kemampuan yang dimilikinya kepada masyarakat.
Sebagai institusi pembelajaran, maka kita perlu menyadari bahwa subyek belajarnya adalah anak didik. Oleh karena itulah, maka guru atau sekolah harus memberikan kesempatan anak didik untuk belajar dan bukan menjadi obyek pembelajaran. Sebagai subyek belajar, maka sudah seharusnya di dalam proses pembelajaran, anak didik berperan aktif. Anak didik harus mengambil peran lebih banyak daripada guru. Anak didik harus lebih aktif mengembangkan kemampuannya. Sementara itu, guru memberikan fasilitasi, bimbingan, arahan dan pelatihan kepada anak didik agar potensi yang dimiliki benar-benar berkembang.
Kreativitas dan daya inovasi anak sebenarnya sangatlah besar. Mereka membutuhkan bimbingan agar potensi tersebut benar-benar terarah sebagaimana seharusnya. Besarnya potensi yang dimiliki oleh anak didik merupakan power untuk melakukan perubahan mendasar bagi eksistensi dirinya. Jika pada proses pembelajaran ini anak didik mampu mengembangkan kreativitas dan daya inovasiya, maka mereka adalah tenaga-tenaga muda yang sanggup mewarnai kehidupan ini dengan berbagai hasil hidup yang kontributif terhadap kebutuhan masyarakat. Jika sudah seperti ini, maka selanjutnya anak didik hanya menunggu masyarakat datang kepadanya untuk memberikan pekerjaan atau mengajaknya bekerja. Keterampilan telah menjadi life skill bagi anak didik dan selanjutnya menjadi modal kehidupannya.
Implementasi Keahlian Anak didik
Setelah anak didik mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dari proses pendidikan dan pembelajaran, maka selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah implementasi dari semua keterampilan yang dimilikinya tersebut. Implementasi ini merupakan perwujudkan dari upaya membangkitkan keberanian anak didik dalam kegiatan kewirausahaan. Kewirausahaan adalah langkah konkrit untuk dapat menempatkan anak didik sebagai subyek dalam kehidupannya.
Setelah mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran, yang pasti menguras tenaga dan daya pemikiran, maka selanjutnya yang penting adalah menerapkannya dalam kehidupan. Pada saat inilah anak didik membuktikan tingkat penguasaannya atas materi pembelajaran yang telah diikutinya dan sekaligus menunjukkan pada masyarakat efektivitas program pembelajaran di sekolah kejuruan. Semakin bagus anak didik menerapkan hasil pendidikan dan pembelajaran di masyarakat, berarti semakin berhasil proses pendidikan yang dijalaninya.
Setiap kegiatan, termasuk dalam hal pembelajaran selalu diikuti dengan implementasi dalam kehidupan nyata. Hal ini sebagai bentuk pertanggungjawaban sekolah kepada masyarakat, khususnya anak didik. Walau sebenarnya aspek ini selanjutnya adalah kewajiban anak didik dan masyarakat, tetapi setidaknya sekolah dan guru mempersiapkan anak didik untuk dapat berkiprah dalam masyarakatnya. Bentuk fasilitasi guru dan sekolah ini merupakan hal penting agar anak didik benar-benar menjadi sososk-sosok bertanggungjawab atas kehidupannya dan masyarakatnya.
Untuk hal tersebut, sekolah mewujudkan fasilitasi dengan memberikan kegiatan keahlian yang terkait dengan kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, maka anak didik langsung mengapikasikan keterampilannya untuk melakukan kegiatan bermanfaat bagi masyarakat. Anak didik harus mampu melakukan produksi barang atau jasa untuk masyarakat agar memperoleh income bagi kehidupanya. Income inilah yang selanjutnya dapat dipergunakan sebagai tabungan untuk mengumpulkan peralatan kerja dan saat anak sudah lulus, maka alat ini dapat dipergunakan untuk bekerja. Mereka tidak perlu mencari pekerjaan melainkan tinggal melanjutkan pekerjaan yang sudah dirintis di sekolah.
Implementasi keahlian anak didik dalam kehidupan merupakan wujud pertangggungjawaban sekolah kepada masyarakat. Dengan demikian proses pembelajaran anak didik tidak hanya terbatas secara teoritis, melainkan dapat langsung menerapkan dalam kegiatan konkrit produksi. Seharusnya seperti itulah pola pengelolaan proses pembelajaran di sekolah kejuruan sehingga saat anak didik lulus, maka dapat langsung bekerja dan tidak menjadi pengangguran terdidik.
Biasakan mereka terus berusaha berwirausaha
Keberanian melakukan kegiatan berwirausaha memang perlu ditanamkan, ditumbuhkan sejak anak mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran. Anak didik dididik dan diajari banyak hal mengenai kewirausahaan agar dirinya terbiasa, terkondisikan untuk selalu berusaha bagi dirinya dan masyarakatnya. Keberanian itu dapat diajarkan, dikondisikan, bahkan kepada orang yang sangat penakut sekalipun. Keberanian itu dapat dibiasakan pada setiap orang. Ala bisa karena biasa adalah pepatah yang tepat untuk menggambarkan hal tersebut. Bahwa seseorang jadi bisa karena terbiasa melakukan hal tersebut. Semakin terbiasa, maka semakin bisa, bahkan menjadi ahli dalam bidangnya.
Perbedaan kita dalam kehidupan ini memang hanya terletak pada bisa dan tidak bisa. Kualitas intelektualitas kita berbeda karena ada orang yang bisa, tetapi pada sisi yang lain ada orang yang tidak bisa. Ada orang yang bisa mengendarai kendaraan, tetapi ada juga yang tidak dapat mengendarai kendaraan. Hanya itulah yang membedakan kondisi seseorang dalam hidup ini. Dan, dalam konteks kita kali ini ungkapan bisa dapat kita analogkan dengan berani. Seseorang berani mengendarai kendaraan, tetapi ada yang tidak berani mengendarai kendaraan sehingga hal tersebut menjadikan perbedaan yang mencolok dalam masyarakat.
Oleh karena itulah, biasakan mereka terus berada dalam lingkungan yang biasa melakukan kegiatan usaha. Sekolah harus mengkondisikan anak didik agar setiap saat mereka harus menghadapi kondisi yang penuh dengan kegiatan usaha. Berikan mereka tugas-tugas yang terkait erat dengan kegiatan usaha atau berikan mereka kondisi yang mengharuskan mereka melakukan usaha. Jadikan sekolah sebagai ajang untuk melakukan kegiatan-kegiatan usaha yang produktif dan melibatkan anak didik sebagai subyek pelaku kegiatan tersebut.
Anak didik harus menjadi subyek pelaku kegiatan usaha yang dilakukan oleh sekolah. Jangan posisikan mereka sebagai obyek kegiatan sebab merekalah yang sebenarnya sedang belajar. Guru dan yang lainnya memfasilitasi anak agar mempuyai kesempatan, terbiasa melakukan kegiatan-kegiatan produktif tersebut. Kalaupun guru atau sekolah mempunyai kegiatan produktif, maka seharusnya pelaku kegiatan adalah anak didik, bukan guru atau yang lainnya. Percayakan kegiatan tersebut kepada anak didik dan kita hanya memonitori dan mengevaluasi perjalanan kegiatan tersebut. Kalau pun kita berperan dalam kegiatan tersebut, maka peran kita hanyalah peran pembantu, misalnya menjadi pembimbing saat anak mengalami kesulitan dan buntu tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut.
Biasakan anak didik melakukan kegiatan usaha, maka selanjutnya kita akan mendapatkan anak-anak yang kreatif dan penuh inovasi dalam kehidupannya. Anak-anak yang terbiasa melakukan kegiatan, tentunya dapat menguasai setiap aspek kegiatan sehingga semakin berani berwirausaha. Jadikan mereka sebagai sosok-sosok yang berani berwirausaha sebab dengan keberanian tersebut, maka mereka bisa menghadapi kehidupan yang semakin berat ini. Dengan keberanian berwirausaha, maka mereka dapat survive dan menerapkan keahlian yang didapatkan dari proses pendidikan dan pembelajaran disekolah. Jika hal ini tercapai, tentunya memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap eksistensi sekolah dalam pandangan masyarakat.
Masyarakat membutuhkan realita dalam setiap program yang kita susun. Jangan hanya garang di atas kertas, melainkan terbukti dengan output sekolah yang mampu menghadapi hidup, mewarnai kehidupan masyarakat dengan kegiatan produktif yang dilakukannya. Tentunya jika hal tersebut tercipta, masyarakat tidka perlu bertimbang pikiran yang ruwet untuk mempercayakan proses pendidikan dan pembelajaran anak-anaknya ke sekolah kita. Dan, hal ini berarti meningkatkan brandingself sekolah di mata masyarakat. Eksistensi sekolah dimasyarakat semakin meningkat dan selanjutnya perkembangan sekolah semakin meningkat dan akhirnya memberikan kompensasi pada meningkatnya income seluruh civitas yang ada. Income guru menjadi lebih besar dan yang lebih penting adalah jika kegiatan wirausaha ini benar-benar berjalan, masyarakat tidak perlu membayar cost pendidikan yang terlalu besar sebab cost tersebut dapat sharing dengan hasil kegiatan wirausaha yang dilakukan disekolah, oleh anak didik.
Pada akhirnya, kegiatan berwirausaha yang berbasis sekolah ini diharapkan dapat menjadikan sekolah sebagai pusat kegiatan produktif yang berkembang menjadi perusahaan sekolah. jika sekolah sudah mampu menciptakan kondisi kegiatan sebagaimana pabrik atau perusahaan sekolah, tentunya hasil kegiatan ini tidak hanya mengurangi besarnya cost yang harus dibayarkan oleh masyarakat, bahkan anak diidk dapat memperoleh ‘honorarium’ dari kegiatan yang dilakukannya. Anak didik yang melakukan kegiatan produksi diperhitungkan sebagai ‘pekerja’ yang menyelesaikan pekerjaannya dan hal ini diperhitungkan untuk menutup kebutuhan biaya pendidikannya, jika perhitungannya lebih dari besarnya keajiban membayar dana pendidikan, maka sisa tersebut dikembalikan ke anak didik. Setiap bulan hal anak didik dapat membayar tangungandana pendidikan dari hasil kegiatan wirausaha tersebut. Tetapi, tentu saja semua diperhitungkan sebaik-baiknya untuk setiap bulannya. Jika bulan ini anak didik melakukan kegiatan wirausaha, kuantitas pekerjaannya banyak, tentu memberikan hasil banyak sehingga mereka mendapatkan sisa banyak, tetapi jika mereka melakukan sedikit kegiatan, tentunya hasil juga sedikit sehingga harus menambah biaya dari rumah. Dengan cara seperti ini, maka anak didik akan berlomba mencari pekerjaan sebanyak-banyaknya agar mmberikan hasil sebanyak-banyaknya pula.
Demikianlah seharusnya sekolah berlomba menciptakan kegiatan produktif bagi anak didiknya. Kegiatan yang memberikan kesempatan kepada untuk memproduksi dan menjualnya kepada masyarakat. Inilah yang sesungguhnya merupakan kegiatan wirausaha sehingga anak didik dapat menjadi young entrepreneur potensial dalam kehidupannya. Sekolah harus mendukung dan membuka kesempatan kepada anak didik untuk mengembangkan diri dalam segala hal, termasuk dalam hal kemampuan berusaha. Kita harus mendorong anak didik agar berani mengembangkan kemampuan yang dimilikinya menjadi young entrepreneur di bidangnya. Hal ini karena sekolah merupakan tempat paling nyaman bagi anak didik untuk mengembangkan diri sebab banyak guru yang begitu peduli dan sekolah yang selalu memberi fasilitas bagi anak untuk berkembang. Anak merasa nyaman berada di sekolah sebab sekolah merupakan lingkungan orang-orang yang sangat peduli dan menyayangi mereka. Sekolah adalah lingkungan dimana anak didik mendapatkan dorongan semangat tak terhingga dari guru dan semuanya.
Jadikan anak didik kita sebagai sosok-sosok wirausahawan muda dengan bekal keterampilan yang didapatnya dari proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Dan kembangkan sekolah sebagai lingkungan yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk memupuk keberanian dalam berwirausaha. Sebab jika anak didik mampu berwirausaha pada saat sekolah, hal tersebut berarti telah menciptakan sekolah sebagai lingkungan produktif sehingga dapar memperingan cost pendidikan yang harus dibayarkan oleh masyarakat, orangtua anak didik. Sekolah-pun dapat berkembang sebagai perusahaan produktif dengan basis kegiatan pembelajaran bengkel yang produktif. Sumber
0 komentar:
Posting Komentar